AYAM BAKAR: Begini Filosofi Panjang Ayam Panggang Bangka

HIDANGAN ayam di Indonesia bukanlah makanan langka dan asing, ayam panggang sudah jadi santapan sehari-hari masyarakat, termasuk masyarakat Melayu Bangka. Bukan hanya sekedar makanan, ayam panggang memiliki tradisi dan filosofi yang panjang.
Harun Nur Rasyid dalam bukunya 'Ensiklopedi Makanan Tradisional Indonesia (Sumatera)' menuliskan, ayam panggang bangka diolah menggunakan ayam kampung berukuran besar. Hidangan ini ternyata tidak hanya jadi santapan manusia, tapi juga santapan makhluk kasat mata.
Di Bangka, ada upacara adat yang disebut dengan istilah Perang Ketupat, dalam upacara ini ayam panggang diolah dengan berbagai bumbu namun tidak menggunakan garam. Hal ini merupakan sesaji permintaan dari makhluk halus yang biasa dilakukan setiap satu tahun sekali secara rutin.
Tapi pastinya ayam panggang ini adalah hidangan khas yang jadi kebanggaan masyarakat Bangka. Ayam ini diolah dengan bentuk utuh alias tidak dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Usai disembelih, ayam dimasak dengan air panas dalam sebuah kuali yang disebut luser. Cara ini adalah untuk merontokkan bulu yang melekat pada badan ayam.
Proses memasak ayam Bangka dilakukan dengan cara tradisional menggunakan tungku tanah liat dan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Setiap bumbu yang digunakan untuk mengolah ayam panggang ini memiliki manfaat untuk kesehatan. Mulai dari cabai, bawang merah, bawang putih, kencur, hingga santan memiliki manfaat yang berguna untuk kesehatan.
Biasanya ayam panggang Bangka disajikan dan disantap bersama ketan kuning, terutama dalam acara pernikahan, khitan, khatam Al-Quran dan acara syukuran lainnya yang menunjukkan rasa puji syukur.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar